Startup Lokal Kembangkan AI untuk Terjemahan Bahasa Daerah
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), sebuah startup lokal asal Indonesia mengambil langkah inovatif dengan mengembangkan sistem AI khusus untuk menerjemahkan bahasa daerah. Startup bernama LinguaNusantara ini hadir dengan misi mulia: melestarikan dan mempermudah akses terhadap kekayaan bahasa daerah Indonesia melalui teknologi.
Indonesia dikenal sebagai negara dengan keragaman budaya dan bahasa yang luar biasa. Berdasarkan data dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, terdapat lebih dari 700 bahasa daerah yang tersebar di seluruh nusantara. Sayangnya, banyak di antaranya yang terancam punah karena kurangnya dokumentasi dan penggunaan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang menjadi perhatian utama tim LinguaNusantara.
CEO dan pendiri LinguaNusantara, Aditya Ramadhan, menjelaskan bahwa proyek ini berawal dari keprihatinan terhadap minimnya sumber daya digital untuk bahasa daerah. “Kami melihat bahwa Google Translate dan layanan sejenisnya belum banyak mengakomodasi bahasa lokal seperti Batak, Bugis, atau Dayak. Padahal, bahasa-bahasa ini adalah bagian dari identitas bangsa yang harus dijaga,” ujar Aditya.
Untuk mengembangkan sistem penerjemahan ini, LinguaNusantara menggunakan pendekatan machine learning berbasis data lokal. Mereka menggandeng penutur asli dan ahli linguistik dari berbagai daerah untuk membangun korpus data bahasa daerah yang akurat. Selain itu, mereka juga melibatkan komunitas lokal dalam proses pelatihan dan validasi model AI, agar hasil terjemahan tetap otentik dan sesuai konteks budaya.
Teknologi yang digunakan mengandalkan neural machine translation (NMT), yang memungkinkan sistem untuk memahami struktur dan makna kalimat secara kontekstual. Dengan model ini, LinguaNusantara berhasil mengembangkan prototipe penerjemah bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia dan sebaliknya, yang kini telah diujicobakan di beberapa sekolah dan komunitas budaya.
Tak hanya untuk keperluan komunikasi, teknologi ini juga ditujukan untuk mendukung pelestarian bahasa melalui digitalisasi naskah kuno, cerita rakyat, dan lagu-lagu daerah. “Kami ingin anak-anak muda bisa membaca cerita nenek moyang mereka dalam bentuk digital, dan juga dalam bahasa yang bisa mereka pahami,” tambah Aditya.
Inisiatif ini mendapatkan sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yang melihat potensi besar kolaborasi antara teknologi dan pelestarian budaya. LinguaNusantara juga mendapat dukungan pendanaan dari beberapa inkubator startup lokal dan internasional yang fokus pada teknologi berdampak sosial.
Meski masih dalam tahap pengembangan, LinguaNusantara telah menunjukkan bahwa AI bukan hanya alat bisnis, tetapi juga sarana untuk menjaga warisan budaya. Dengan semangat gotong royong dan kecintaan terhadap keberagaman bahasa, startup ini menjadi contoh nyata bagaimana teknologi bisa digunakan untuk tujuan yang lebih besar: menjaga jati diri bangsa.
Ke depan, LinguaNusantara berencana untuk menambahkan lebih banyak bahasa daerah ke dalam platform mereka, termasuk bahasa Toraja, Sasak, dan Minangkabau. Harapannya, suatu saat nanti, setiap anak Indonesia dapat memahami dan menghargai bahasa daerah mereka, baik secara lisan maupun digital.